Jumat, 05 September 2014

Samyutta Nikaya 2 - Nidana Vagga by Selasirini

Samyutta Nikaya 1 - Sagatha Vagga by Selasirini

Majjhima Nikaya - Khotbah-khotbah Menengah Sang Buddha by Selasirini

Digha Nikaya - Khotbah-Khotbah Panjang Sang Buddha by Selasirini

Sungguh Mulia Kehidupan Manusia Saat Ini

Sungguh Mulia Kehidupan Manusia Saat Ini

Kiccho manussapailābho
Kiccha maccāna jīvita
Kiccha saddhammasavana
Kiccho buddhāna uppādo

Sungguh sulit untuk dapat dilahirkan sebagai manusia, sungguh sulit kehidupan manusia, sungguh sulit untuk dapat mendengarkan Ajaran Benar, begitu pula, sungguh sulit munculnya seorang Buddha.
(Dhammapada, Buddha Vagga, syair 182)

Alam manusia adalah alam yang paling mulia dari seluruh 31 alam kehidupan karena di alam ini, para Buddha muncul, baik itu Samma-sambuddha, Pacceka Buddha, Savaka Buddha dan para Raja Dunia hanya terlahir di alam ini. Selain itu, alam manusia merupakan alam dimana kita dapat melakukan banyak kebajikan, seperti berdana, mengembangkan sīla dengan baik dan berlatih samādhi serta kita dapat mencapai magga, phala dan Nibbāna jika parami kita mendukung dan usaha dalam melatih meditasi Vipassana dapat kita capai.

Pada masa atau di alam manusia saat inilah merupakan masa yang mulia karena selain menjadi manusia kita dapat mendengarkan Dhamma dan terlahir pada masa Buddhasāsanā, yakni Buddha Gotama. Oleh karena itu, terlahir di alam manusia pada masa ini merupakan berkah kebajikan yang mulia, sebab kita dapat merealisasi kebenaran dan kebahagiaan sejati. Hal ini tergantung usaha dalam memanfaatkan kesempatan ketika berada di alam manusia saat ini, karena terlahir kembali menjadi manusia adalah sangat sulit sedangkan mudah sekali kita terjerumus ke alam yang lebih rendah sehingga kita akan jauh dari Dhamma jika kita lengah dan tidak waspada pada kehidupan saat ini.

1      1.  Sulitnya dapat Terlahir sebagai Manusia

Terlahir menjadi manusia adalah sangat sulit, ini ibarat debu di kuku yang dijelaskan oleh Sang Buddha dalam Nakhasikha Sutta. “Pada saat sang Buddha berdiam di vihara Jetavana di Savatthi, Beliau datang menghampiri para Bhikkhu dan bertanya kepada mereka, setelah sengaja menempelkan debu di kukunya. Sang Buddha menanyakan pendapat para bhikkhu tersebut tentang debu yang ada di kuku-Nya dengan debu yang ada di tanah. Para bhikkhu itu menjawab bahwa debu yang ada di kuku lebih sedikit dan dapat di abaikan sedangkan debu di tanah adalah lebih banyak. Demikian pula dengan jumlah manusia yang terlahir kembali ke  alam manusia setelah meninggal dunia adalah sedikit seperti jumlah debu yang ada di kuku sedangkan jumlah yang akan terlahir di alam rendah yaitu alam neraka, alam binatang, alam setan dan alam jin raksasa setelah meninggalkan alam manusia adalah sebanyak debu yang ada di tanah” (Kundalābhivamsa, 2007:7).

Alam manusia merupakan salah satu alam kehidupan Bahagia (Sugati Bhava) dan sangat menguntungkan karena kita memiliki enam indera yaitu indera mata, indera telinga, indera hidung, indera lidah, indera tubuh dan indera pikiran sehingga kita mampu melihat, mendengar, mencium, mengecap, menyentuh dan seterusnya serta dapat berlatih Dhamma. Ini adalah masa yang menguntungkan bagi seseorang untuk mencapai Dhamma mulia sesuai dengan kesempurnaan (paramitta)nya. Dalam Dhamma Vibhāga, 2002:134-135 dijelaskan bahwa ada empat macam tingkatan manusia yakni:

  1. Para jenius (ugghaitaññu)
Para jenius menunjukkan macam manusia yang dapat memahami ajaran hanya dengan mendengarkan pokok ajaran. Jenis ini dapat dibandingkan dengan bunga teratai yang telah muncul di atas permukaan air dan pasti akan mekar pada sinar fajar hari yang pertama. Contohnya adalah para bhikkhu yang dengan segera mencapai Penerangan Sempurna setelah mendengar syair-syair yang pertama, seperti Sāriputta Thera dan yang lainnya.

  1. Para intelektual (vipacitaññu)
Manusia jenis kedua dengan tingkatan kebijaksanaan yang lebih rendah adalah disebut intelektual, yang memerlukan keterangan dan uraian lebih jauh sebelum mereka dapat mencapai Penerangan Sempurna. Mereka dapat dibandingkan dengan bunga teratai yang masih berada di bawah permukaan air, sedang menunggu untuk muncul di atas permukaan air pada hari berikutnya.

  1. Mereka yang dapat dilatih (neyya)
Mereka yang dapat dilatih menunjukkan mayoritas manusia biasa (yang tidak begitu bodoh tetapi juga tidak begitu bijaksana). Orang-orang ini memerlukan instruksi-instruksi dan uraian-uraian serta suatu jangka waktu latihan dan praktek sebelum mereka dapat mengharapkan suatu kemajuan atau perkembangan yang nyata. Mereka dapat diibaratkan dengan bunga teratai yang masih berada agak jauh di bawah permukaan air. Mereka memerlukan suatu jangka waktu lebih lama untuk pertumbuhan dan kemunculan mereka di atas permukaan air.

  1. Mereka yang tidak dapat dilatih (padaparama)
Mereka yang tidak dapat dilatih atau tidak ada harapan adalah mereka yang tidak mungkin mengerti atau maju dalam masa kehidupan ini. Mereka dapat mendengarkan ajaran-ajaran atau mencoba untuk mempraktekkan sesuai dengan perintah-perintah, tetapi karena keterbelakangan atau kebutaan bathin mereka, tidak ada hasilnya yang dapat diharapkan. Mereka adalah seperti bunga teratai yang diharuskan untuk dimakan habis oleh binatang air, tidak mempunyai harapan untuk tumbuh di atas permukaan air.

2. Sulitnya Kehidupan Manusia

Menjalani kehidupan sebagai manusia juga merupakan hal yang sulit karena pada kehidupan ini kita berusaha untuk bertahan hidup dan kita pun akan bertemu dengan konflik-konflik atau masalah-masalah yang merupakan bagian dari dukkha itu sendiri. Untuk bertahan hidup sebagai manusia adalah hal yang sangat sulit karena sebagian orang meninggal semasih dalam kandungan, sebagian meninggal dalam hitungan hari, hitungan minggu, atau bulan saja. Ada yang meninggal lebih muda dari kita, seusia kita atau lebih tua dari kita. Oleh karena itu, kita berusaha untuk menjaga diri kita agar dapat bertahan hidup. Untuk itu, seseorang harus makan makanan yang sesuai, memakai pakaian yang sesuai untuk menahan dingin dan panas yang berlebihan, mendirikan rumah untuk melindungi diri kita dari angin, hujan dan cuaca, dan meminum obat yang sesuai.

Selain itu, untuk menjalani kehidupan sebagai manusia kita hendaknya menjalani sila (moralitas) yang baik, yakni dengan menghindari diri dari pembunuhan, pencurian, perbuatan asusila, berbohong dan menghindari diri dari mengkonsumsi makanan dan minuman yang menyebabkan lemahnya kesadaran. Pelanggaran terhadap sila tersebut dapat mengkondisikan seseorang berumur pendek dan mengakibatkan kelahiran yang berikutnya ke alam rendah. Menjalani kehidupan sebagai seorang manusia dengan pelaksanaan sila yang baik sesungguhnya mengkondisikan rasa aman baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Diri kita sendiri menginginkan kebahagiaan, kesejahteraan dan rasa aman, begitu pula dengan makhluk lain. Oleh karena itu, kita hendaknya memanfaatkan kehidupan saat ini untuk senantiasa melakukan kebajikan dan menghindari hal-hal yang buruk sehingga konflik-konflik dapat kita atasi dan tidak memunculkan konflik baru.
Hal yang perlu kita ingat pula adalah pada kesempatan kehidupan ini kita terlahir sebagai manusia dan dapat menjalani kehidupan manusia, kita juga bertemu dengan ajaran Buddha yang tumbuh subur yang memberi kesempatan bagi kita untuk belajar dan mempraktikkan Dhamma sehingga kita dapat meningkatkan kualitas spiritual kita.

3Sulitnya untuk dapat Mendengarkan Ajaran yang Benar

Selain terlahir menjadi manusia dan menjalani kehidupan manusia adalah sulit ditemukan adalah lebih sulit lagi jika kita bertemu dan dapat mendengarkan ajaran yang benar. Seseorang bisa saja dikondisikan terlahir di alam manusia, namun dengan keyakinan yang salah, seperti tidak percaya dengan adanya hukum kamma dan hukum kebenaran lainnya.

Kelahiran pada masa ini merupakan masa yang sangat menguntungkan karena kita dapat mendengarkan Dhamma ( Ajaran yang Benar) secara langsung dari pembabar seperti bhikkhu di vihara. Apalagi pada saat ini dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kita mudah memperoleh dan belajar Dhamma melalui mendengar ceramah Dhamma dari VCD maupun DVD. Selain itu, kita juga dapat dengan mudah memperoleh dan mempelajari Dhamma melalui buku, majalah dan internet. Kemudian di alam manusia ini kita juga mempunyai peluang yang besar untuk melakukan kebajikan dan dibeberapa kesempatan kita dapat berlatih meditasi Samatha dan Vipassana.

   4. Sulitnya Kemunculan Seorang Buddha

    Kemunculan seorang Buddha adalah hal yang paling sulit ditemukan. Namun, pada saat ini sungguh berbahagia kita karena bertemu dengan kondisi dimana kita masih dapat bertemu dengan ajaran Buddha Gotama, walaupun kita tidak dapat bertemu secara langsung dengan Beliau. Terlahir di kehidupan ini merupakan kesempatan yang sangat langka karena terlahir pada masa Buddhasāsanā adalah masa kesembilan yang menguntungkan dimana seseorang dapat mencapai Dhamma yang mulia. Masa kesembilan ini maksudnya adalah untuk mencapai masa kesembilan yang baik, seseorang telah melewati delapan masa yang buruk.

    Delapan masa yang buruk ini telah Sang Buddha jelaskan dalam Aguttara Nikāya 3/60 (Kundalābhivamsa, 2007:19) sebagai berikut:

    1. Ketika seseorang terlahir di alam neraka
    2. Ketika seseorang terlahir di alam binatang
    3. Ketika seseorang terlahir di alam peta
    4. Ketika seseorang terlahir di alam asaññasatta, dimana hanya ada jasmani tetapi tidak adanya mental
    5. Ketika seseorang terlahir sebagai manusia, tetapi di tempat dimana tidak adanya sāsanā
    6. Terlahir sebagai manusia, tetapi memiliki keyakinan yang salah, misalnya tidak ada akibat baik dari perbuatan baik, tidak adanya akibat buruk dari perbuatan buruk
    7. Terlahir sebagai manusia, tetapi memilki cacat jasmani atau tidak cukup pandai untuk membedakan apa yang baik dan apa yang tidak baik
    8. Terlahir sebagai manusia pada masa dimana tidak ada pencerahan Buddha. 

    Kesimpulan

    Meskipun sulit terlahir sebagai manusia dan menjalani kehidupan sebagai manusia serta dapat mendengarkan ajaran yang benar dan bertemu dengan kondisi dimana munculnya seorang Buddha atau berada dalam Buddhasāsanā. Namun, pada saat ini kita bertemu dengan keempat kondisi tersebut. Oleh karena itu, kita hendaknya memanfaatkan kesempatan yang baik ini secara optimal sehingga kita dapat merealisasi kebenaran sejati. Kehidupan saat ini pula merupakan kehidupan yang mulia karena kita mempunyai kesempatan berada dalam Buddhasāsanā yang tumbuh subur dan keyakinan benar bahwa hanya kamma-lah yang merupakan milik pribadi seseorang serta memilki enam indera dalam kesadaran yang berkesinambungan yang merupakan kesempatan yang mengkondisikan tercapainya Dhamma yang mulia.


    Referensi
    Kundalābhivamsa, Ashin. This Noble Life. Terj. Tamiran. Tangerang: Vihara Padumuttara. 2007.
    Vajirananavarosasa, Prince. Dhamma Vibhāga. Yogyakarta: Vidyasena Vihara Vidyaloka. 2002.

    Yayasan Dhammadīpa Āramā. Dhammapada. Jakarta. 2005.